Kamis, 28 Juli 2011

KEPADA SEPATU SEPATU BESI

Ketika ia mati,aku tak bisa tersedu

sebab telaga mata kehilangan riak



kami telah menangis di semua musim

Segenap lembah,pada landai Ibu

yang kita namai pertiwi



Kami hanya seletup mulut tanpa laras

sedecak pun lidah ini tak berpelatuk

apalagi debar dada tinggal sehela nafas

Mengapa? Kau tega menyiramkan darah

ke atas ringkainya cekung kelopak mata ibu

yang kita namai pertiwi



Waktu ia mati,aku tak bisa tersedu.

Sebab kami telah menangis di segala gubuk

segala dangau,kepala terbenam tungkai

jejari menusir di retak tanah

mengais sisa embun pada gersang bibir ibu

yang kita namai pertiwi



Jika kami terus mati

tujuh turunan arwah keturunan moyangku

akan bangkit dari rahim ibu

yang kita namai pertiwi



Sekali pun

Jangan lagi kami mati terkapar

di bawah kolong sepatu-sepatu besi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar