Menanggapi esai Hadi Napster "Sastra era 2010 pada pengantar buku Indonesia Berkaca, wacana, rencana atau sudah terlaksana
oleh Tosa Poetra
Membaca esai Hadi Napster (penyair yang baru-baru ini meluncurkan buku antologi puisi "Katarsis", terbitan Indie Book Corner), terkait Sastra Era 2010, saya mendapatkan beberapa point yang perlu saya jawab dan point yang perlu kita jawab bersama. Pertama saya ucapkan terimakasih atas respon yang diberikan atas buku sederhana "Indonesia Berkaca", terutama atas pengantar alakadarnya yang saya tulis dalam buku tersebut, buku yang terdapat banyak kekeliruan penulisan ejaan dan kekurangan yang lain. Dan segala kekeliruan dan kekurangan dalam buku tersebut, terkait kekeliruan penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah EYD pun salah ketik dan tipografi yang ada, itu adalah kekeliruan dari kekurang cermatan yang harus diakui lahir atas kebodohan saya. Terutama terkait penyebutan istilah Sastra Era 2010 untuk sastracyber yang saya tulis dalam prakata, itu sepenuhnya tanggung jawab saya untuk memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
Istilah Sastra Era 2010 untuk menyebut sastracyber, selain saya tulis pada prakata buku tersebut juga telah saya tulis pada buku "Jalanan di Kotaku" yang terbit tahun 2010 kemarin, juga dalam beberapa kesempatan tulisan saya menyebut demikian. Tiga paragraf pertama pada prakata Indonesia Berkaca, sengaja saya ambilkan dari tiga paragraf pertama pula dalam prakata Jalanan Di Kotaku yang cetak minim ketika itu. Ada baiknya mungkin tiga paragraf tersebut saya muat ulang pada tulisan ini agar lebih mempermudah kita menelaahnya yang kemudian akan saya tambahkan paragraf ke-empat dari prakata Jalanan di kotaku, yang mungkin akan sedikit memberi dukungan pada uraian yang saya sampaikan. Berikut adalah ke empat paragraf tersebut.
Karya sastra pada era 2010 merajalela tak hanya di koran maupun buletin saja namun menyebar pada situs situs web pribadi , e-book maupun situs-situs jejaring sosial terutama pada facebook. Di mana banyak bermunculan Penyair, Pujangga, Penulis dan Sastrawan baru yang sangat beragam di mana keragaman itu adalah bagian dari kekayaan dan kebersamaan yang ini semua merupakan bagian dari Karya Sastra era 2010.
Keberadaan Karya Sastra era 2010 tentu turut menunjang perkembangan sastra di Indonesia yang mana karya sastra yang lalu pada umumnya diterbitkan di media cetak dan karya itu dapat dinikmati dengan membeli dan selain itu untuk dapat menerbitkan karya pada media cetak juga dibutuhkan kemampuan dan ketekunan, karya itu harus bermutu.Namun dengan adanya era internetisasi pada Tahun 2010, penulis dapat menerbitkan karyanya sendiri tanpa harus mencetak setiap penulis dapat membagikan karya dan penikmat karya sastra juga tak harus mengeluarkan cukup banyak uang untuk dapat menikmati.
Internet sangat berpengaruh bagi karya sastra yaitu sebagai media sosialisasi dan berbagi baik bagi senior maupun pemula,bagi penulis senior sebagai salah satu sarana memperkenalkan diri dan karya karyanya pada masarakat, bagi penulis pemula sangat bermanfaat untuk melatih keterampilan dalam menulis agar lebih berkreatif lagi dan dapat belajar dari senior senior yang ada.Yang mana hal ini akan berpengaruh bagi perkembangan karya sastra.
Mungkin ada sepintas keraguan pada sastra era 2010, namun kiranya hal itu tidaklah harus menyurutkan langkah untuk maju, entah dalam era 2010 ini merupakan pengulangan atau mencetak hal baru namun merupakan kerja nyata untuk lebih baik dari yang telah berlalu yang mana sebuah nilai usaha merupakan satu hal yang lebih bernilai daripada hasil, dan ini semua tergantung pada niat dan kebulatan tekat. Entah pada era 2010 ini Sastra akan semakin baik kualitas atau hanya akan memuaskan pada sisi kuantitas yang mana hal ini pun juga tentunya sangat membutuhkan kepedulian dari sastrawan Senior terhadap juniornya (para pemula) yang akan menggantikan posisi dan meneruskan mereka, juga pada kemauan dan tekat para pemula dalam belajar, dalam berkarya.
Di bawah ini juga coba saya sertakan berapa paragraf serupa, dalam tulisan saya berjudul "Hadi Napster sang penyair Katarsis dan Karyanya", http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150154514042609
Dunia karya sastra di Indonesia dua tahun belakangan ini berkembang dengan pesat, sebagaimana wacana yang saya lontarkan pada tahun 2010 kemarin, bahwa telah lahir era baru yaitu Era 2010. Keberadaan situs-situs online, situs web pribadi, situs jejaring sosial sangat mendukung perkembangan sastra dari segi kuantitas yang tentu akan disusul dengan peningkatan kualitas.
Setiap orang dapat dengan mudah mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapapun dan di manapun. Sebelum tahun 2010, dunia maya memang telah ramai, tapi tidak sesemarak dua tahun ini, ibaratnya tiap irung njungkel tahu internet, punya FB atau blog. Jika sekitar 3 atau empat tahun yang lalu ke belakang, ketika seorang ingin membaca harus di buku, demikian sebaliknya ketika seorang ingin mempublikasikan karyanya yaitu dengan buku atau dikirim ke media cetak ( koran, majalah dan sebagainya). Tapi sejak tahun 2010an, setiap orang dapat menulis dan segera mempublikasikannya tanpa harus melewati prosedur media cetak yang rumit. Adanya penerbit-penerbit indie juga sangat menunjang, setiap orang dapat menerbitkan karyanya dengan biaya sendiri tanpa harus lewat penyaringan penerbit.
Adanya sistem POD (print of demain) , seorang penulis dapat mencetak bukunya sesuai permintaan konsument. Proses jual beli juga relatif mudah dengan penjualan online. Terlebih dengan adanya e-book, seorang penulis ataupun pembaca tidak harus memiliki buku dalam bentuk cetak. Kemunculan karya sastra di situs jejaring sangat memotifasi bagi pengguna untuk melahirkan karya sastra untuk dibagikan, dikonsultasikan dan belajar bersama sambil bermain,berhibur dan bercanda. Dengan semua faktor tersebut bukan hal aneh jika di era sekarang lahir ratusan bahkan ribuan penulis, baik fiksi maupun non fiksi yang masing-masing memiliki kualitas tertentu dan dari karya tulis yang muncul hampir 80 % nya puisi,mulai dari puisi picisan, puisi populer maupun puisi yang benar-benar bernilai sastra.
uraian serupa juga saya tulis dalam catatan saya berjudul " Panen Karya Sastra ,Haqimah Rahma dan Karyanya", http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150155290532609
berikut saya sertakan pargraf ke-tiga
. . .
Bertolak dari hal tersebut, meski pengertian puisi juga tidak sesederhana itu, namun dapat dikatakan bahwa pada era sejak 2010, dengan dukungan dunia maya, Indonesia panen karya sastra, ratusan bahkan ribuan penulis baru terlahir dengan berbagai macam karyanya, seorang dapat dengan mudah menulis di dunia maya dan langsung dipublikasikan, ada nya e-book juga sangat mendukung bahwa seseorang tidak harus memiliki buku dalam bentuk cetak, selain itu juga menjamurnya penerbit indie yang mampu menjembatani penulis pemula untuk menerbitkan karya dengan biaya sendiri dan tentunya tanpa prosedur penyaringan dan sebagainya, terlebih adanya sistem POD ( print of demain ) seorang penulis dapat mencetak bukunya sesuai dengan kebutuhan, bahkan dapat mencetak cukup satu atau dua buku saja. Ini semua adalah capaian yang luar biasa pada tataran sastra Indonesia yang tentunya tidak terlalu berlebihan jika kita menyebutnya sastra era 2010 ( era dunia maya ) dan Haqimah adalah salah satu contoh dan bukti hal tersebut.
. . .
Saya tambahkan lagi dua paragraf dari tulisan saya berjudul " WARNA-WARNI TEMU KATA, WARNA WARNI INDONESIA "
Pada tahun 2010 ini perkembangan dunia sastra Indonesia memasuki era baru , khususnya perkembangan dunia perpuisian yang ini saya sebut sebagai Sastra Era 2010, di mana pada tahun ini dengan adanya situs jajaring sosial banyak bermunculan penulis-penulis baru. Baik prosa maupun puisi, hal ini juga didukung dengan menjamurnya penerbit indie yang menjembatani para penulis pemula untuk menerbitkan karyanya dengan biaya sendiri karena beratnya persaingan pada penerbit konfensional. Telah ribuan penulis baru muncul dan ratusan buku terbit, baik kumpulan bersama ( cerpen dan puisi ) ataupun puisi antologi tunggal dan novel berbagai versi, meskipun jika ditilik dari segi kualitas mungkin memang masih banyak juga penulis-penulis masih kalah jauh dengan para senior, sehinga masih harus belajar lebih banyak dan lebih giat lagi. Ini memang harus diakui, sebab kekurangan tak hanya terdapat pada sisi tata bahasa namun juga pada tehnik penulisan, memang masih banyak yang masih belum sempurna, namun kita harus yakin bahwa dengan dorongan dan dukungan serta bimbingan para senior, para pemula ini akan terus bersemangat dan akan semakin berkembang dan ini akan sangat menambah kekayaan khasanah sastra Indonesia dan memberikan warna yang beragam.
Sebelum buku antologi “WARNA –WARNI TEMU KATA “ ini juga telah banyak muncul antologi puisi bersama antaranya antologi “RUANG JINGGA " Rini Intama dan kawan kawan, ”TARIAN ILALANG” Ira Ginda dan kawan-kawan juga dalam Buku “Phantasic Poetica “ antologi puisi dan cerpen penulis muda Indonesia dan puluhan yang lain, yang di antaranya diterbitkan oleh Penerbit Sembilan Mutiara : “JALANAN DI KOTAKU” , ”PERTANGGUNGJAWABAN JIWA” antologi Prasetiyawan , ”RINDU KAMPUNG “, antologi sembilan penyair Trenggalek, dan berikutnya dalam proses ”INDONESIA BERKACA “ , kumpulan puisi Sastrawan Indonesia 2010 ( lintas facebook ) yang memuat lebih dari 30 penyair dari Jawa, Sumara , Sulawesi dan Kalimantan, yang salah satu penyairnya adalah Yandri Yadi Y yang kali ini menerbitkan kumpulan puisinya bersama Erwady S dalam buku antologi “ WARNA-WARNI TEMU KATA “ .
.....
Sesuatu yang muncul tentu sudah lazim diikuti pro dan kontra, setuju dan tidak setuju serta diwarnai berbagai peertanyaan ataupun pernyataan yang sifatnya dapat mendukung ataupun menentang, sebelum tulisan-tulisan yang saya munculkan di atas yang kemudian mendapat respon dari Hadi, pertama kali saya memunculkan istilah tersebut dalam catatan Fb saya berjudul "KERAGUAN PADA SASTRA ANGKATAN 2010", http://www.facebook.com/note.php?note_id=395496142608
berikut adalah beberapa pertanyaan yang muncul ketika itu
"angkatan 2010....?
generasi sastra post modernisme...?
apa engkau melihat ada sesuatu yg baru dari puisi2 angkatan ini...?
atau hanya pengulangan2 kembali...?
sesuatu yg baru....?
aku gak yakin deh..... :)"
...
"salam. bung tosa begitu getol membangun citra sastra angkatan 2010. saya akan sangat berterima kasih jika sekiranya menulis catatan di inbox untuk menjabarkan reason tentang lahirnya angkatan itu. capaian apa gerangan yyang tergapai di tahun ini>?????"
. . .
yang diteruskan dengan pernyataan berikut :
sebuah angkatan periodik sastra ditandai dengan lahirnya sebuah gagasan tematik kesastraan. ada ide baru yang terlahir yang mengungguli atau mengembangkan gagasan bersastra. jika karya yang lahir sebelumnya hanya sebuah mimikri atau sebuah refetitif style, berarti gagasan baru belum ditemukan dan angkatan baru belum lahir.
gagasan baru yang lahir disebut sebagai capaian. jika capaian belum ada, berarti kelahiran angkatan yang ditandai dengan kesegaran gagasannya belum lahir lahir pula.
sederhananya adalah, semisal sajak-sajak chairil yang melawn gagawasan/aturan persajakan yang begitu rumit dalam bentuk tubuh dilawan dengan sajak yang tubuhnya merdeka dalam kata.
sederhananya yang lain adalah
keberanian sutardji CB menuliskan kata dengan mengembalikan esensi kata hingga ke akarnya. dia melawan bukan hanya bentuk tapi jalinan teksnya yang sungguh memukau.
apa di tahun 2010 ini?"
. . .
Kemudian pada kesempatan ini saya mendapati esai Hadi N, "SASTRA ERA 2010" DALAM BUKU KUMPULAN PUISI "INDONESIA BERKACA" : WACANA, RENCANA, ATAU SUDAH TERLAKSANA?", http://www.facebook.com/notes/hadi-napster/sastra-era-2010-dalam-buku-kumpulan-puisi-indonesia-berkaca-wacana-rencana-atau-/248904491801348?ref=notif¬if_t=note_reply
yang memunculkan beberapa pertanyaan yang kurang lebih serupa dan sebagai berikut :
- apa dan bagaimana sebenarnya Sastra Era 2010 dimaksud? ( paragraf 2)
- apakah kehadiran gaya baru bersastra ini membawa hal positif atau negatif? Lalu apa saja sebenarnya yang telah, sedang dan akan terjadi melalui cybersastra? Dan benarkah cybersastra sudah cukup kuat untuk menjadi pondasi bagi Sastra Era 2010? ( paragraf 4 )
- Benarkah Sastra Era 2010 telah lahir? Kapan dan di mana dicetuskan? Apa konsep dasar serta visi-misinya dalam dunia sastra? Sudah seberapa besar andilnya dalam perkembangan sastra? Siapa saja sastrawan yang termasuk di dalamnya? Lalu karya-karya mana saja yang layak dikategorikan sebagai Sastra Era 2010?
Demikian sekian pertanyaan yang ada dan semoga uraian yang saya tulis di atasnya dapat memberikan gambaran tentang apa yang saya maksut dengan sastra era 2010. Andaipun saya mesthi menjawab satu persatu pertanyaan tersebut, mungkin saya harus m,engulang kembali apa yang telah saya uraikan di atas bahwa istilah sastra era 2010 saya gunakan untuk menyebut sastra cyber, sastra yang banyak bermuncu;lan di dunia ciber, mengapa demikian saya menyebutnya era 2010 meski sebelum tahun 2010 telah banyak pendekar sastra cyber dan blogger, ya memang sebelum 2010 memang sudah ada namun membludak pada masa 2010.
Adapun jika diselaraskan dengan periodesasi sastra yang ada bahwa setiap periodesasi ditandai dengan suatu capaian tertentu, semisal :
- Angkatan Pujangga Lama yang merupakan pengklasifikasian karya-karya sastra di Indonesia sebelum abad ke-20
- tahun 1870-1942, di mana karya-karya sastra yang berkembang dalam lingkungan masyarakat Tionghoa dan Indo-Eropa di wilayah Sumatera seperti Minangkabau, Tapanuli, Langkat, dan daerah Sumatera lainnya, lantas mengukuhkan lahirnya Sastra Melayu Lama. Periodisasi ini ditandai dengan karya-karya sastra jenis syair, hikayat serta munculnya karya-karya terjemahan novel barat
- 1920 kita mengenal Angkatan Balai Pustaka, yang merupakan periodisasi karya-karya sastra di Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka
- 1930-1942, lahirlah Angkatan Pujangga Baru. Angkatan ini muncul sebagai reaksi terhadap banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya-karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan pada masa tersebut.
- Angkatan ’45 yang dipicu oleh gejolak sosial-politik-budaya dan banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan pada masa itu
- Angkatan 1950-1960-an yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi, serta ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah yang diasuh oleh HB. Jassin
- Majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis adalah tanda kelahiran angkatan berikutnya, yakni Angkatan 1966-1970-an.
- Angkatan 1980-1990-an yang diwarnai tumbuhnya sastra beraliran pop dengan lahirnya sejumlah novel populer,
- proses reformasi pada tahun 1998-- menjadi alasan utama munculnya wacana Sastrawan Angkatan Reformasi
- Korrie Layun Rampan yang melempar wacana lahirnya Sastrawan Angkatan 2000 dengan menyusun sebuah buku tebal bertajuk “Sastra Indonesia Angkatan 2000” yang mengkategorikan seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra ke dalam angkatan ini. Termasuk di antaranya para sastrawan yang sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an,
Bertolak dari hal di atas, apabila menyebut sastra era cyber ini sebagai sastra era 2010 semoga tidak merupakan sebuah kesalahan, andapun yang menandai Sastra di era 2010 adalah membludaknya penulis-penulis yang muncul seiring maraknya dunia cyber dan menjamurnya penerbit-penerbit indie, kini pun media sastra cetak juga muncul secara onlin semisal horison online, sedang capaiannya adalah ratusan penulis dengan karya sastra dan buku yang bermunculan semenjak maraknya sastra cyber dan menjamurnya penerbit indie.
Benarkah Sastra Era 2010 telah lahir?
semoga uraian di atas dapat menjabanya.
Kapan dan di mana dicetuskan?
pertanyaan di atas tentu merujuk pada siapa yang mencetuskan, sedang sesuatu saya pikir buytuh waktu dan tempat untuk menjawab atau membuka ruang seminar atau diskusi kusus terkait hal tersebut jika tak cukup dijawab dengan urauian di atas ( di dunia cyber, di tahuhn 2010)
Apa konsep dasar serta visi-misinya dalam dunia sastra? Sudah seberapa besar andilnya dalam perkembangan sastra?
tentu kita dapat melihat berapa besar andil dunia cyber terhadap sastra semenjak 2010
Siapa saja sastrawan yang termasuk di dalamnya? Lalu karya-karya mana saja yang layak dikategorikan sebagai Sastra Era 2010?
saya tidak berani menyebut nama satu-persatu untuk saat ini karena minim pengetahuan dan referensi yang ada juga saking banyaknya penulis yang muncul semenjak 2010, jangankan saya, mungkin pihak pemnerintah sendiri atau pendekar, pemerhati sastra belum ada yang memiliki data autentik terkait jumlah dan siapa saja penulis yang muncul sejak maraknya dunia cyber, tentu kita dapat meraba sendiri saat ini diri kita ada dan muncul pada tataran sastra era 2010 atau bukan, yang mana jika hendak mencantumkan hal tersebut butuh buku dan seminar semacam yang dilakukan Korrie Layun Rampan untuk memuat para penulis dan karyanya juga merumuskan konsep dasar serta visi misi yang tentu mustahil jika saya seorang yang masih mentah di dunia sastra ini melakukan sendiri, menemukan sendiri.
Saya menyebut sebagai sastra era 2010 pun bukan berarti hendak melupakan para pejuang sastra dan pendekar cyber sebelumnya atau pula menaruh jarak atau pembeda, yang tentunya tiap masa akan muncul periode-periode dalam sastra sebagai tindak kembang dan kelanjutan periodesasi sebelumnya.
oh ya, berkait pertanyaan sastra era 2010, wacana, rencana atau sudah terlaksana ? saya rasa semua telah muncul denagn sendirinya tanpa direncanakan, tanpa diwacanakan dan sastra era 2010 telah bersama kita nikmati, adapun jika pertanyaan tersebut mengarah pada tataran pembukuan atau pendeklarasian, mungkin kita butuh mewacanakan, merencanakan dan (mungkin) mendeklarasikan ? saya rasa kita butuh menjawabnya bersama.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat diterima dan jika mungkin berharap tanggapan berikutnya yang tentu akan semakin bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan kita umumnya, kususnya saya. terimakasih, salam sasta budaya, jayalah Sastra Indonesia.
. . . . . .
NB :
- Berkait tentang buku Indonesia Berkaca ketika ada ungkapan " di antara segudang nama yang tergabung dalam buku ini, kelak mungkin hanya melahirkan 1 penyair/ penulis/ sastrawan, dan bisa jadi semua lenyap digilas peradaban"
saya percaya, ungkapan tersebut merupan harapan dan doa agar nama-nama yang ada dalam buku tersebut kelak tidak cuma akan melahirkan satu penulis/ penyair/ sastrawan dan jangan sampai semua lenyap digilas peradaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar