Kamis, 28 Juli 2011

QLC, sebuah lembaga penyadaran budaya litera

QLC, sebuah lembaga penyadaran budaya litera
oleh Tosa Poetra


Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu program dan kewajiban pemerintah, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah telah mengadakan berbagai program di antaranya dengan adanya sekolahan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi, sebagai wadah pendidikan dan sarana belajar-mengajar. Berbagai hal dilakukan untuk mendukung hal tersebut, mulai pengucuran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemberian penghargaan pada siswa dan guru berprestasi serta pemberian sertivikasi guru agar dapat semakin meningkatkan kualitas pendidikannya, juga berbagai program yang lain, namun ada satu hal yang mungkin terlupa yaitu rendahnya minat baca tulis di kalangan pelajar dan masyarakat umum, sedangkan budaya baca tulis merupakan kunci keberhasilan program pencerdasan bangsa.



Pemerintah juga telah menyediakan perpustakaan baik keliling maupun permanen di setiap Kota, Kabupaten bahkan hampir di setiap Desa disediakan, berbagai iklan tentang pentingnya membaca pun muncul ruang media, namun siapa yang menghiraukan iklan tersebut? mungkin anak-anak tertarik pada gambar dan adegan yang ada, dan siapa yang akan membaca buku yang berjubel di rak perpustakaan? Saya rasa kurang dari 10 % warga yang berkunjung ke perpustakaan. Inilah yang menjadi PR bagi kita dan pemerintah, bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan minat baca-tulis.



Quantum Litera Center (QLC) adalah sebuah lembaga penyadaran budaya literasi di Trenggalek yang sejak didirikan tahun 2008, yang tepatnya dinyatakan resmi bersamaan dengan hari pendidikan nasional tersebut, sampai sekarang lembaga yang digagas dan dipimpin Nurani Soyomukti seorang penulis dari Margomulyo tersebut terus eksis dengan berbagai kegiatan, mulai seminar, perlombaan, pelatihan menulis maupun pentas baca puisi yang rutin digelar setiap malam minggu awal bulan yang hampir setiap bulan dikunjungi penulis dari luar kota seperti Ari Nurdiana dan Arim Kamandaka dari Ponorogo, Hardo sayoko dari Ngawi, juga Hadi Sutarno dari Jombang pada Maret kemarin. Di bulan April Hadi Sutarno juga berkunjung lagi dengan mengajak Mahendra PW dan beberapa mahasiswa dari STAIN Tulungagung juga dari Kediri, berikutnya di bulan Mei kedatangan Wina Bojonegoro yang membedah novelnya The Souls yang berbarengan dengan pengumuman lomba menulis puisi dan cerpen yang diadakan QLC, Juni ini kedatangan Nurel Javisaqri dari Lamongan yang membedah bukunya Menggugat kepenyairan Sutardji. Sekurang-kurangnya QLC mengadakan seminar menulis dua kali dalam setahun juga diklat menulis seperti yang dilakukan di Panggul pada bulan Juni ini juga setelah sebelumnya meresmikan pembentukan QLC cabang Panggul.



Kehadiran Nurani Soyomukti, alumni UNEJ, setelah bertahun-tahun di Jakarta, kepulangannya dengan konsep QLC yang ditawarkan, bak gayung bersambut ketika bertemu dengan Toni Saputra dan Mahasiswa STKIP PGRI Trenggalek Prasetiawan, Kendra, Anas yang mendapat dukungan dari beberapa Guru, penulis dan tokoh politik lain di Trenggalek, antaranya Suripto ( anggota KPUD Trenggalek), Prio Suroso ( guru SMPN 3 Munjungan), Machsun Ismail (WaBup ketika itu) juga Sri Purnanto ( guru SMAN Panggu)l, Bonari Nabonenar ( sastrawan senior asal Cakul Dongko), Purwadi Suroso, Haris Yudianto ( Dosen STKIP PGRI Trenggalek ) juga Misbahus Surur dan Muh Faizun (mahasiswa UIN Malang asal Trenggalek), Farid bactiar ( mahasiswa UNM asal Trenggalek) dan tokoh yang lain yang akhirnya melahirkan Komunitas Arisan Sastra nyata telah memunculkan perubahan yang signivikan pada budaya litera di Trenggalek terbukti beradaan QLC dan Arisan Sastra memicu munculnya penerbit baru di Trenggalek ( Sembilan Mutiara publishing) dan dari QLC telah muncul dua penulis dengan buku antologi puisinya, Jalanan di Kotaku ( Toni Saputra) dan Pertanggung Jawaban jiwa (Prasetiawan0, juga muncul Antologi 9 penyair Trenggalek, Antologi Lazuardi ( Muhtar anas ) dan Antologi Ngunggun api perubahan ( Muh Faizun).



Selama ini kegiatan QLC mayoritas didukung oleh dana swadaya anggota yang ada, seharusnya pemerintah berterimakasih dan mendukung pada QLC yang telah membangun penyadaran Literasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah seharusnya membangun lembaga penyadaran litera dan mendanai penuh kegiatannya dan selama ini menurut hemat saya belum ada aktifitas pemerintah terkait hal tersebut, nah dan sekarang telah ada QLC yang ada tanpa harus dibangun pemerintah dan selama 3 tahun berjalan dengan swadaya, apakah pemerintah tetap akan membiarkan QLC hidup sendiri? jika demikian tentu tidak salah jika dikatakan pemerintah kurang perhatian pada penyadaran litera. Dan meskipun demikian tekat QLC membangun penyadaran litera tidak akan surut, meski dengan dana seadanya tetap akan eksis, seperti yang diadakan kali ini, mengadakan lomba menulis dengan tema pengembangan penyadaran litera dengan hadiah 23 buku Nurani Soyomukti. Berikut link sayembara menulis tersebut :

http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=10150175328467609



Pada bulan Juli ini Arisan Sastra trenggalek Telah memasuki episode 11, yang akan dilaksanakan di Trenggalek Pada hari Saptu tanggal 2 nanti, mulai pukul 19:00 sd selesei, dan masih seperti biasa QLC menyebar undangan terbuka melalui SMS maupun Facebook, mengundang kehadiran siapaun dan dari mana pun untuk dapat ikut serta berperan dalam kegiatan tersebut ubtuk ikut menyumbangkan fikiran maupun karya sastra yang sepeti biasa dalam agenda tersebut di-isi dengan orasi budaya baca puisi dan diskusi seputar karya sastra juga bedah buku. bagi rekan-dari dalam maupun luar kota yang berkenan hadir, monggo kita tunggu. salam sastra Budaya.



Trenggalek

1 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar