Sepanjang wajah memandang ke atap, matahari membiakkan sinar siang memastikan langit bocor tuju lantai kayu . Kemilau wajah-wajah anak desa ikut memainkan cahaya lubang atap sekolahnya. Sepetak laci kosong tanpa kapur . Celarut papan tulis dan meja guru bergambar sangsai antara banyak lubang bekas paku dan rumahan rayap.
Senda gurau siswa dari ladang yang menertawai sanggul ibu gurunya. Seolah mereka tahu amarah sang guru bukan ciri Kartini. Acung salah satu siswa bertanya "untuk apa pendidikan bu? Rumahku dinding rumbia, ke ladang saja kita, mencari kakao untuk keluarga!". Ibu guru itu hanya manyun, di muka sebagian siswa yang dibarisi cahaya kecil tembus dari atap kelas.
Tiba-tiba ia ingat genteng rumah dinasnya ada juga yang bocor. Di tengah keruwetan tugasnya, lalu tak ingin pusing, diputuskannya segera pulang memanggil tukang ledeng memperbaiki genteng dan seng. Agar musim hujan yang sebentar lagi datang tak mengganggu tidurnya. Dicukupkannya pelajaran hari itu tanpa suatu jawab apapun bagi si Acung yang sedari tadi sibuk mencoret buku catatan pelajaran bahasa Inggris.
Aceh di sini, Indonesia entah ke mana?, 28 Juli 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar