kuning di putih kertasku dahulu
menghantar riwayat ketika puisi pertama tertuliskan
untukmu yang kukasihi
semakin membiru cinta melumat deru
kau-aku berdua melepas haru
perjumpaan dan wangi kasih yang tetap bersih
kita tunaikan jarak setiap kata-kata lewat genggam jemari
jalan masih teramat panjang untuk ditempuh
dan waktu siapa tahu
dan perduli
uban di rambut kita
cahaya di dapur saat engkau mengaduk kopi
kupagut ranum senyummu sepanjang pintu memasuki warna hari tanpa debu
ketika jarak kelak telah sampai
kita kisahkan ini pada anak cucu
Amin.
Langsa-Indonesia, 27 Juli 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar