Kesunyian Kabut Malam
Panggul, 23 April 2011
Di bawah bendera, pagi itu kita nyanyikan
lagu-lagu negeri menggema bumi pertiwi
angin mengalun merdu senandungkan rindu
memberi panorama indah di alam negeri
menjadikan pucuk-pucuk daun cemara berzikir di laut senja
tapi, selalu terdengar duka bau amis
ketika sungai berkeluh kesah dalam peradaban
jauh dari tumpuhan dada ke alam semesta
sedangkan penaku belum sempat kutuliskan
makna kata disetiap sajakku
dalam kabut yang kian menebal
selalu sunyi membiarkan berlalu
daun-daun bermimpikan senja
nakoda merindukan samudra
sia-sia
dalam gelombang yang pasang
selalu meruntuhkan tumpukan batu karang
dan hanya tinggal lukisan di gelap malam
Persetubuhan yang Mencakar Senja
Panggul, 24 April 2011
Kembali persetubuhan dikemas dalam kambing hitam
mengambang jadi batu loncatan
keranjang dan dinding-dinding kelam
hanya tinggal kenangan
yang masih menari di luasnya langit,
sepi nan abadi
kobaran api masih membakar aliran darah
yang kian waktu memucat pekat
menutup hasrat
beningnya air yang mengalir mengubah keruh
menghampar isak tangis dihalaman rumah
seperti suara petir menusuk hati dan terus menusuk pagi
nafas jadi tersendat dari segala bentuk permainan
kaki jadi cacat dari segala bentuk perdebatan
tapi langit masih semburat merah
dari sayap-sayap yang patah
kembali persetubuhan mencakar senja
dan maha bijak mengetuknya
kembali pada kodratnya
Patung Sandiwara
telah kujalani kehidupan ini
kehidupan yang seperti gelombang
menghantam batu karang
dan orang-orang menyembunyikan kepalsuan
dibalik jiwanya
laut pasang surut dalam pandanganku
larut dari kaki-kaki kekuatan
telah kujalani lembah-lembah kegelapan
dan didalamnya masih tersisa anak kelaparan
mengharap kasih sayang dalam pangkuan
meneteslah airmataku dengan tangan tak sampai
mengucurlah keringatku dari kerasnya rel kereta
namun mereka masih saja mematungkan sandiwara
melihat kehidupan ini
dan mereka masih juga sibuk mencari ceperan
diberbagai penjuru
gaji mereka semakin tinggi
anak terlantar jadi mati
oh, inilah makna kehidupan
ketika matahari mampu dikuasai pancaran sinarnya
tak lagi berbagi, sungguh mereka pengkhianat hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar