menyelinap seperti kabut
menyisakan lentera di wajah malam
siapa lagi yang akan berselimut
nafasnya kekal disemai alam
ketiadaan kubukan ketidakberadaanmu
punjuga bukan kehilangan kita
waktu mencatat kemarin yang semu
rintik hujan mengukir makna
sahabat pulang menatah nama
hiruk pikuk ditelan sunyi
sejati dan setara selamanya
suara-suara melemah lonceng berbunyi
kelak jika semua jadi ilalang
bocah angin merentas jalan pulang
(liweng-Gun, ruang putih, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar